Trump Bekukan USAID,Negara Lain Beralih Ke China


Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, untuk menangguhkan dana Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) telah menimbulkan dampak signifikan pada proyek-proyek yang didanai AS di sekitar 130 negara. Langkah ini memicu kekhawatiran global mengenai kelanjutan program-program bantuan yang selama ini mendukung jutaan orang di berbagai belahan dunia.

Tuduhan Pemborosan dan Tanggapan Oposisi

Presiden Trump menuduh USAID melakukan pemborosan anggaran. Pada 6 Februari 2025, melalui platform "Truth Social", ia menyatakan, "Sepertinya miliaran dolar telah dicuri di USAID," tanpa memberikan bukti konkret. Pernyataan ini memicu reaksi dari politisi oposisi di AS yang menilai bahwa keputusan tersebut dapat membahayakan upaya global dalam memerangi kelaparan, penyakit, dan konflik.

Senator Andy Kim dari Partai Demokrat menegaskan, "Ini bukan tentang amal. Ini adalah tentang peran kita dalam lingkungan global yang sangat kritis saat ini." Ia menambahkan bahwa USAID merupakan salah satu alat terbaik AS untuk melawan pengaruh keuangan dan ekonomi dari Cina.

Persaingan Pengaruh Global: AS vs. Cina

AS dan Cina telah lama bersaing dalam memberikan bantuan asing sebagai upaya untuk memperluas pengaruh mereka secara global. Di kawasan Indo-Pasifik, misalnya, Bangladesh menjadi salah satu negara yang menjadi fokus persaingan ini. Dengan populasi lebih dari 170 juta jiwa, Bangladesh merupakan pasar utama bagi barang-barang Cina dan memiliki kepentingan strategis bagi kedua negara adidaya tersebut.

Penelitian dari College of William and Mary di Virginia, AS, memperkirakan bahwa sejak tahun 2000, Cina telah membiayai 138 proyek pembangunan di Bangladesh dengan total nilai mencapai 21 miliar dolar AS (sekitar Rp343 triliun). Sementara itu, pada tahun 2024, AS memberikan bantuan sebesar 393 juta dolar AS (sekitar Rp5,8 triliun) kepada Bangladesh.

Jashim Uddin, direktur Asosiasi Lembaga Pembangunan di Bangladesh (ADAB), menyatakan harapannya agar AS segera melanjutkan bantuannya. Ia menambahkan bahwa penghentian bantuan AS saat ini menyebabkan masalah signifikan bagi negaranya, termasuk pemberhentian ribuan staf dan potensi peningkatan ketidakstabilan sosial serta kemiskinan.

Cina sebagai Alternatif?

Dengan penangguhan dana USAID, muncul pertanyaan apakah negara-negara penerima bantuan AS akan beralih ke Cina sebagai alternatif. Cina, melalui inisiatif Belt and Road (BRI), telah aktif menawarkan pinjaman dan proyek-proyek infrastruktur besar kepada negara-negara mitra. Namun, pendekatan Cina berbeda dengan USAID yang lebih fokus pada kerja sama dengan organisasi lokal dan proyek-proyek sosial.

Uddin menyarankan agar pemerintah Bangladesh secara aktif mencari donor baru dan mendiversifikasi sumber pendanaan. Ia berharap bahwa Cina dapat memperluas dukungannya dengan memasukkan bantuan kemanusiaan dan dukungan untuk proyek-proyek sosial.

Dampak Global dan Respons Internasional

Penangguhan dana USAID tidak hanya berdampak pada negara-negara penerima bantuan, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran di kalangan komunitas internasional. Sebagai donor terbesar di dunia, keputusan AS ini berpotensi mengubah lanskap bantuan internasional dan mempengaruhi upaya global dalam mengatasi berbagai tantangan, seperti kemiskinan, kesehatan, dan pembangunan.

Di Indonesia, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Rolliansyah "Roy" Soemirat, menyatakan bahwa Indonesia telah menyiapkan langkah antisipatif apabila kebijakan ini berdampak pada kerja sama bilateral dengan AS. Ia menekankan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan AS yang telah terjalin selama 75 tahun akan tetap kokoh, dan setiap kebijakan yang diambil oleh negara mitra selalu dipertimbangkan dengan matang dan didasarkan pada prinsip saling menghormati.

Masa Depan Bantuan Pembangunan Internasional

Keputusan AS untuk menangguhkan dana USAID menimbulkan pertanyaan mengenai masa depan bantuan pembangunan internasional. Negara-negara donor lainnya, seperti Jerman, menyatakan bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya mengimbangi kekurangan yang ditinggalkan oleh AS. Volkmar Klein, juru bicara kelompok parlemen untuk kerja sama ekonomi dan pembangunan blok konservatif Jerman, menyatakan bahwa penarikan AS akan memperkuat posisi Cina dan mengikis kepercayaan pada Amerika Serikat.

Menteri Pembangunan Jerman, Svenja Schulze, menekankan pentingnya memperkuat kerja sama pembangunan di Eropa sebagai respons terhadap penangguhan dana USAID. Ia menyatakan bahwa Eropa harus melihat apa yang dapat dicapai bersama dan memperkuat kerja sama pembangunan, bukan memotongnya.

Kesimpulan

Penangguhan dana USAID oleh AS menimbulkan dampak signifikan pada proyek-proyek pembangunan di berbagai negara. Keputusan ini memicu kekhawatiran mengenai kelanjutan program-program bantuan yang vital bagi jutaan orang di seluruh dunia. Selain itu, langkah ini juga membuka peluang bagi negara-negara seperti Cina untuk memperluas pengaruhnya melalui bantuan asing. Negara-negara penerima bantuan kini dihadapkan pada tantangan untuk mencari sumber pendanaan alternatif dan memastikan kelanjutan program-program pembangunan yang telah berjalan.

Comments